Makalah Pancasila Memahami Konsep Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
MAKALAH
MEMAHAMI KONSEP PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila
Dosen Pengampu: Drs. Anwar Aulia, M. Pd
Disusun Oleh:
Firdananda
Tingkat/Semester: 1A/1
PROGRAN STUDI D-III KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
Jl. DR. Sitanala, RT.002/RW.003, Karang Sari, Kec. Neglasari, Kota
Tangerang, Banten 15121
Telepon: (021) 5522250
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Memahami Konsep Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Drs. Anwar Aulia, M. Pd pada mata kuliah Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujan untuk menambah wawasan tentang Memahami Konsep Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia bagi pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Anwar Aulia, M. Pd selaku dosen mata kuliah Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Tangerang, 19 Oktober 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
Latar Belakang............................................................................1
Rumusan Masalah.......................................................................2
Tujuan dan Manfaat....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................3
Nilai-nilai Pancasila pada Masa Kejayaan Nasional..................3
Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan......4
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945..............................6
Perjuangan Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan........7
BAB III PENUTUP.............................................................................10
Kesimpulan...............................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pancasila merupakan ideologi dan falsafah bangsa Indonesia yang dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa Indonesia yang lahir dari pemikiran para tokoh nasionalisme Indonesia. Di dalamnya terkandung lima nilai dasar tentang Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Nilai-nilai tersebut hidup dalam kehidupan bangsa Indonesia baik dalam adat istiadat, tradisi serta kebudayaan sehingga sebenarnya nilai pancasila itu berasal dan menjadi jati diri bangsa Indonesia. Penyusunan nilai-nilai pancasila itu sendiri tidak lepas dari sejarah bangsa Indonesia. Sejarah bangsa Indonesia berkaitan dengan perjuangan bangsa Indonesia yang berawal dari berdirinya kerajaan-kerajaan di wilayah Indonesia yang diikuti dengan masuknya agama Hindu, Budha, dan Islam di wilayah Indonesia. Kemudian hadirnya para penjajah, munculnya gerakan-gerakan perlawanan pada zaman kebangkitan, terbentuknya organisasi-organisasi pergerakan juga memiliki arti penting dalam perumusan pancasila.
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengajarkan kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara dalam mengatur penyelenggaraan negara disegala bidang, baik bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, maupun pertahanan-keamanan. Berdasar pada latar belakang historis yang sulit dibantah, bahwa 1 Juni 1945 disebut sebagai lahirnya Pancasila. Ir. Soekarno sebagai tokoh nasional yang mengemukakan lima dasar yang dinamakan filosofische grondslag yaitu nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila, diantaranya: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum Republik Indonesia berdiri.
Rumusan Masalah
Nilai-nilai Pancasila pada Masa Kejayaan Nasional
Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Perjuangan Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan
Tujuan dan Mnfaat
Mengetahui Nilai-nilai Pancasila pada Masa Kejayaan Nasional
Mengetahui Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan
Mengetahui Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Mengetahui Perjuangan Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan
BAB II
PEMBAHASAN
Nilai-nilai Pancasila pada Masa Kejayaan Nasional
Masa Kejayaan Sriwijaya
Pada abad ke VII-XII kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan
Bahasa melayu kuno
Kekuasaan Sriwijaya menguasai selat Sunda 686 M, kemudian selat Malaka 775 M
Cita-cita kesejahteraan bersama “Marvuat Vannua Criwijaya Siddhayatra Subhika” suatu cita-cita Negara yang adil dan makmur. Kaelan, 1999: 27.
Nilai-nilai budaya bangsa semasa kerajaan Sriwijaya telah menunjukkan nilai-nilai Pancasila, yaitu:
Nilai sila Pertama, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu hidup berdampingan secara damai.
Nilai sila Kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India Dinasti Harsha. Pengiriman para pemuda untuk belajar di India.
Nilai sila Ketiga, sebagai negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan negara kepulauan sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara.
Nilai sila Keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas, meliputi Siam Indonesia sekarang, dan Semenanjung Melayu.
Nilai sila Kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayaran dan perdagangan, sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
Masa Kerajaan Majapahit
XIII-XVI kerajaan Majapahit di Jwa Timur
Zaman keemasan Majapahit terjadi pada pemerintahan Hayam Wuruk dengan Majapatih Gajah Mada.
Wilayah kekuasaan membentang dari Semenanjung Melayu sampai Irian Jaya.
Nilai-nilai budaya bangsa semasa kerajaan Majapahit telah menunjukkan nilai-nilai Pancasila, yaitu:
Pengamalan Ketuhanan YME telah terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara damai.
Empu Prapanca menulis Negarakartagama 1365 yang di dalamnya terdapat istilah Pancasila.
Empu Tantular menulis buku Sutasoma dimana terdapat satu slogan “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”.
Sila kemanusiaan telah terwujud, yaitu hubungan Raja Hayam Wuruk dengan kerajaan Tiongkok, Ayoda, dan Kamboja.
Nilai persatuan telah terwujud dengan keutuhan kerajaan, khususnya Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada yang diucapkannya pada Sidang Ratu dan Menteri-menteri pada tahun 1331.
Nilai musyawarah dan mufakat juga telah dilakukan oleh system pemerintahan kerajaan Majapahit.
Perwujudan nilai keadilan sosial adalah kerajaan sangat menopang kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan
Setelah Majapahit mengalami keruntuhan pada permulaan abad ke XVI mulailah berkembang kerajaan Islam seperti Samudra Pasai dan Demak.
Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang berupa rempah-rempah mengakibatkan bangsa Eropa mulai berdatangan untuk mendapatkan rempah-rempah yang sangat dibutuhkan mereka. Bangsa Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda mulai memasuki Indonesia untuk mencari rempah-rempah tersebut.
Pada awal mereka ke Indonesia hanyalah untuk berdagang tetapi ternyata mereka mulai menancapkan kekuasaannya dan mulailah sejarah perjuangan bangsa Indonesia dengan penjajahan Eropa, khususnya Belanda. Masa penjajahan Belanda inilah yang dijadikan sebagai tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya, sebab pada masa penjajahan Belanda ini apa yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia sebelumnya pada masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menjadi hilang.
Kedaulatan negara hilang, persatuan dihancurkan, kemakmuran lenyap, wilayah diinjak-injak oleh penjajah.
Perjuangan Sebelum Abad ke- XX
Sejak awal imperials menjejakkan kakinya di Indonesia, dimana-mana terjadi perlawanan secara fisik terhadap penjajah. Kita mengenal nama-nama pahlawan bangsa yang dengan gigih berjuang untuk membebaskan bangsanya dari penjajahan seperti Sultan Agung di Mataram (1645), Sultan Ageng Tirtayasa dan Ki Tapa di Ranten (1650), Hasanuddin di Makasar (1660), Iskandar Muda di Aceh (1635), Unlung Surapati dan Trunojoyo di Jawa Timur (1670), Ibnu Iskandar di Minangkabau (1680) dan lain-lainnya.
Pada permulaan abad ke-XIX Penjajah Belanda mengubah sistem kolonialismenya yang semula berbentuk perseroan dagang partikelir yang bernama VOC berganti nama dengan badan pemerintahan resmi yaitu pemerintahan Hindia Belanda. Walaupun telah berganti nama, ternyata perjuangan untuk bisa membebaskan diri dari penjajahan Belanda tidak pernah surut. Perlawanan masih terus terjadi di berbagai daerah seperti Patimura di Maluku (1817), Imam Bonjol di Minangkabau (1822-1837), Diponegoro di Mataram (1825-1830), Badarudin di Palembang (1817), Pangeran Antasari di Kalimantan (1860), Patih Jelantik di Bali (1850), Anak Agung Made di Lombok (1895), Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, dan Cut Nya’Din di Aceh (1873-1904), Sisingamangaraja di Batak (1900).
Pada hakikatnya perlawanan terhadap Belanda terjadi hampir diseluruh daerah di Indonesia tetapi perjuangan itu belumlah berhasil karena perlawanan masih bersifat kedaerahan dan dilakukan secara sendiri-sendiri, dan masih kurangnya persatuan dan kesatuan.
Kebangkitan Nasional 1908
Pada permulaan abad ke- XX Bangsa Indonesia mengubah cara-cara dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Kegagalan perlawanan secara fisik yang tanpa koordinasi pada masa lain mendorong pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia abad ke- XX untuk mengubah bentuk perlawanannya yaitu dengan membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia akan pentingnya bernegara.
Usaha yang dilakukan adalah dengan mendirikan berbagai macam organisasi politik disamping organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial. Budi Utomo merupakan organisasi pertama yang didirikan tanggal 20 Mei 1908 oleh dr. Wahidin Sudirohusodo merupakan perinlis kearah tercapainya cita-cita nasional. Kemudian bermunculanlah organisasi pergerakan lainnya seperti Sarikat Dagang Islam (1909) kemudian berubah bentuknya menjadi pergerakan politik dan mengganti namanya menjadi Sarikat Islam (1911) dibawah pimpinan HOS Tjokroaminoto.
Kemudian berikutnya muncul Indische Partij (1913) dibawah pimpinan Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo dan KI Hajar Dewantara, dan karena terlalu radikal pemimpinnya dibuang ke luar negeri (1913). Dan perjuangan tidak pernah kendur dan kemudian pada tahun 1927 berdiri Partai nasional Indonesia yang dipelopori oleh Ir. Soekarno dan kawan-kawan.
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
Kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan yang telah dirintis dengan berdirinya Budi Utomo, akhirnya menumbuhkan tekad para pemuda untuk mengingkarkan sumpah yang dikumandangkan pada tanggal 28 Oktober 1928, yang kemudian dikenal dengan nama Sumpah Pemuda yang berisi pengakuan akan adanya satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa yakni Indonesia.
Melalui sumpah pemuda jelaslah keinginan bangsa Indonesia yaitu kemerdekaan tanah air dan bangsa Indonesia. Sebagai realisasi perjuangan bangsa pada tahun 1930 berdirilah Partai Indonesia (Panindo) sebagai pengganti PNI yang dibubarkan. Kemudian golongan Demokrat yang terdiri dari Moh. Hatta dab Sutan Syahrir mendirikan PNI baru, dengan semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.
Perjuangan Bangsa Indonesia pada Masa Penjajahan Jepang
Pada tanggal 7 Desember 1941 meletuslah perang Pasifik, dengan dibomnya Pearl Harbour oleh Jepang dan kemudian dalam waktu singkat Jepang berhasil menduduki daerah-daerah jajahan sekutu di Pasifik. Kemudian pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang masuk ke Indonesia menggantikan penjajahan Belanda.
Jepang mempropaganda kehadirannya di Indonesia untuk membebaskan Indonesia dari cengkraman Belanda. Oleh karena itu Jepang memperbolehkan pengibaran bendera merah putih serta menyanyikan lagu Indonesia Raya, akan tetapi itu hanya muslihat Jepang agar rakyat Indonesia membantu Jepang menghancurkan Belanda.
Kenyataan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia bahwa Jepang tidak kurang kejamnya dengan Belanda, kemerdekaan yang didambakan tidak kunjung tiba, bahkan terasa semakin menjauh bersamaan dengan semakin mengganasnya bala tentara Jepang. Kekecewaan rakyat Indonesia akibat perlakuan Jepang menimbulkan perlawanan terhadap Jepang baik secara ilegal maupun secara legal, seperti pemberontakan Peta dan Blitar. Sejarah kemudian menentukan bahwa Jepang mengalami kekalahan-kekalahan dalam perang Pasifik dan untuk mendapatkan bantuan dari rakyat Indonesia, Jepang berusaha membujuk bangsa Indonesia dengan mengumumkan janji memberikan kemerdekaan kelak dikemudian hari, apabila perang telah selesai.
Kemudian Jepang mengumumkan janjinya yang kedua berupa kemerdekaan tanpa syarat, yang disampaikan seminggu sebelum Jepang menyerah. Bangsa Indonesia diperkenankan memperjuangkan kemerdekaannya, bahkan menganjurkan agar berani mendirikan negara Indonesia merdeka dihadapan musuh Jepang.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Mohammad Hatta di sebuah rumah hibah dari Faradj Martak di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat.
Proklamasi tersebut menandai dimulainya perlawanan diplomatik dan bersenjata dari Revolusi Nasional Indonesia, yang berperang melawan pasukan Belanda, hingga Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949.
Pada tahun 2005, Belanda menyatakan bahwa mereka telah memutuskan untuk menerima secara de facto tanggal 17 Agustus 1945 sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia. Namun, pada tanggal 14 September 2011, pengadilan Belanda memutuskan dalam kasus pembantaian Rawagede bahwa Belanda bertanggung jawab karena memiliki tugas untuk mempertahankan penduduknya, yang juga mengindikasikan bahwa daerah tersebut adalah bagian Hindia Timur Belanda, bertentangan dengan klaim Indonesia atas 17 Agustus 1945 sebagai tanggal kemerdekaannya. Dalam sebuah wawancara tahun 2013, sejarawan Indonesia Sukotjo, antara lain, meminta pemerintah Belanda untuk secara resmi mengakui tanggal kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakui tanggal 27 Desember 1949 sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia.
Naskah Proklamasi ditandatangani oleh Sukarno (yang menuliskan namanya sebagai “Soekarno” menggunakan ortografi Belanda) dan Mohammad Hatta, yang kemudian ditunjuk sebagai presiden dan wakil presiden berturut-turut sehari setelah proklamasi dibacakan.
Hari Kemerdekaan dijadikan sebagai hari libur nasional melalui keputusan pemerintah yang dikeluarkan pada 18 Juni 1946.
Perjuangan Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan ini dilatar belakangi oleh kembalinya Belanda ke Indonesia yang di boncengii oleh NICA (Netherland Indies Civil Administration) dan rasa diri bangsa diliputi oleh Jepang yang berjanji memberikan kemerdekaan maka dari itu munculah perlawanan dari bangsa Indoneia terhadap sekutu dan Belanda.
Perjuangan Diplomasi
Pertemuan Soekarno – Van Mook 23 Oktober 1945 di Gambir Selatan.
Pertemuan Syahrir – Van Mook 17 Desember 1945 di jalan Imam Bonjol no. 1 Jakarta.
Perundingan RI – Belanda di Jakarta dari tanggal 10 Februari – 12 Maret 1946.
Perundingan di Hooge Valuwe, Belanda dari tanggal 14 – 25 April 1946.
Perundingan Maline (malino) pada 1 Oktober 1946 di Pangkal Pinang dan dilanjutkan di Denpasar pada 7 Desember 1946.
Pertemuan Jakarta pada tanggal 7 Oktober 1946.
Perundingan Linggarjati pada 10 -15 November 1946.
Perundingan Renville pada 17 Januari 1948.
Perundingan Roem-Royen pada 7 Mei 1949.
Konferensi Inter Indonesia dari tanggal 19 – 22 Juli dan 31 Juli – 2 Agustus 1949.
Konferensi Meja Bundar pada tanggal 23 Agustus – 2 November 1949.
Perjuangan Fisik
Pertempuran Lima Hari di Semarang pada tanggal 15 -20 Oktober 1945.
Pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945.
Pertempuran Medan Erea pada tanggal 13 Oktober – 10 Desember 1945.
Bandung Lautan Api pada 23 Maret 1946.
Peristiwa Merah Putih di Manado pada tanggal 14 Februari 1945.
Palagan Ambarawa pada tanggal 12 – 14 Desember 1945.
Puputan Margarana pada tanggal 18 November 1946.
Peristiwa 11 Desember 1946 di Sulawesi Selatan.
Serangan Umum 1 Maret pada tanggal 1 Maret 1949 di Yogyakarta.
Mengisi Kemerdekaan Indonesia di Masa Kini
Mengabdi di masyarakat atau jika kita masih ada di lingkungan sekolah kita bisa juga dengan cara mengikuti organisasi formal maupun nonformal agar kita bisa ikut serta dalam membangun institusi itu yang berguna juga untuk perkembangan negara.
Mendukung produk dalam negeri, karena jika kita mendukung produk luar kita akan mematikan produk dalam negeri, jadi sebagai warga negara yang baik kita harus bangga dengan produk negeri sendiri, karena sekarang sudah banyak perusahaan Indonesia yang mengeluarkan produk yang kualitasnya tidak kalah dengan produk luar.
Memajukan dalam sektor pendidikan, karena aset terbesar suatu bangsa adalah sumber daya manusia, maka dari itu mewujudkan kemerdekaan yang sesungguhnya itu diperlukan kualitas sumber daya manusia Indonesia, terutama dalam hal pendidikan.
Mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia, pengenalan budaya Indonesia kepada masyarakat dunia juga dapat dijadikan sebagai wujud untuk mengisi kemerdekaan. Seperti pemuda yang pernah ikut serta dalam kegiatan pertukaran pelajar ke Kanada ini tidak lupa untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada teman-temannya di Kanada saat mengikuti kegiatan pertukaran pelajar.
Saling menghormati dan berbagi, “Menerapkan prinsip setara bersaudara dan saling berbagi satu sama lain” seperti, jika disuatu tempat terdapat siswa yang kaya dan miskin dan berbeda suku tetapi mereka tetap berteman dengan baik tanpa menghiraukan semua itu tetap saling menolong, saling berbagi dan berteman baik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pancasila merupakan ideologi dan falsafah bangsa Indonesia yang dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa Indonesia yang lahir dari pemikiran para tokoh nasionalisme Indonesia. Berdasar pada latar belakang historis yang sulit dibantah, bahwa 1 Juni 1945 disebut sebagai lahirnya Pancasila. Soekarno sebagai tokoh nasional yang mengemukakan lima dasar yang dinamakan filosofische grondslag yaitu nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila, diantaranya: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum Republik Indonesia berdiri. Nilai sila Kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India Dinasti Harsha. Bangsa Indonesia telah melalui masa kelamnya menjadi masa yang jaya. Adanya sifat-sifat kepancasilaan sudah ada dalam masa-masa atau zaman-zaman kerajaan bahkan sebelum kerajaan Majapahit. Pancasila sangat berarti bagi konteks perjuangan bangsa Indonesia. Dengan adanya pancasila, kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang mampu menghargai sesama diri sendiri dan agama.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar